Ngaji Budaya: Gordang Sambilan dan Harmoni Sumatera Utara (Sebuah Catatan Pinggir)
Ngaji Budaya: Gordang Sambilan dan Harmoni Sumatera Utara (Sebuah Catatan Pinggir)
Oleh: Engran Silalahi
Tulisan ini merupakan catatan liputan saat membersamai politisi yang soleh dan cerdas dalam mendaulat Budayawan yang kental dengan Moralitas yang agamis dan humanis, atau dalam bahasa Mandailing disebut maradat (beretika).
Ngaji Budaya episode 1 sukses tayang perdana di PKS TV secara life streaming tanggal 12 September pukul 16.00-18.00.Ini merupakan salah satu kegiatan dari Bidang Seni Budaya DPW PKS Sumut, dan saya didaulat menjadi Host dalam kegiatan ini dalam tajuk “Gordang Sambilan dan Harmoni Sumatera Utara” klik link https://youtu.be/MiudxEzf2Qs
Dalam kesempatan ini turut menghadirkan Narasumber yaitu Ustadz Dr. Usman Jakfar LC,MA selaku ketua DPW PKS Sumut, juga Kabid Seni Budaya Sumut yaitu Bang Sadeq dan Narasumber utama sebagai keynot speaker adalah Budayawan Sumatera Utara dari Puak Mandailing yaitu Abangda Bakhsan Parinduri yang tampil luar biasa menjelaskan Gordang Sambilan, sejarah dan filosofinya yang diiringi dengan filosofi tradisi masyarakat Mandailing. Berikutnya terfokus kepada sang budayawan kita yang akrab disapa Bang Bakhsan atau Bang Sandri.
Aktivitas keseharian beliau fokus dalam melestarikan Adat Mandailing yang memiliki nilai luhur baik dari sisi seni maupun tradisi. Beliau juga telah menulis Buku dan sudah ada 10 Judul. Yang kemudian buku ini dibagikan ke murid-murid di Kabupaten Mandailing Natal. Beliau juga Aktif dalam membina generasi muda yang ingin belajar tentang seni dan budaya Mandailing melalui sanggar yang ia dirikan yaitu Sanggar Raptama.
Dalam sesi tanya-jawab baik dari pemirsa di studio maupun pemirsa Daring yang terbentang dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Jakarta memiliki pertanyaan yang beragam, yang menarik kemudian pertanyaan dari Generasi Z, “bagaimana cara melestarikan gordang sambilan pada generasi kami?” Dan jawaban yang menarik yang dapat saya simpulkan yaitu apakah Generasi Z kemudian mampu membuat aplikasi seni budaya gordang sambilan sesuai dengan zamannya, yaitu membuat aplikasi-aplikasi digital sesuai kebiasaan generasi saat ini.
Kami juga sempat bertanya dari sekian banyak aktivitas kerelawanannya membesarkan budaya Mandailing namun menurut pengakuan belum pernah sekalipun mendapat perhatian pemerintah, Baik pemerintah provinsi Sumatera Utara, maupun pemerintah kabupaten Mandailing Natal.
Semoga ke depan semakin ada perhatian pemerintah kepada para pelestari budaya ini.
Sebagai pemerhati budaya dan praktisi pendidikan, saya yang juga Putra Mandailing Natal domisili Medan, akhirnya saya banyak belajar dari Ngaji Budaya walaupun sebagai Host dalam programa ini.
Saya sangat berharap, semoga pemerintah dapat membangun sinergi program pelestarian adat budaya Sumatera Utara dengan melibatkan para praktisi Budayawan yang memiliki kapasitas berlebih dibidangnya, termasuk Pemkab Mandailing Natal sudah saatnya membuat program-program pelestarian budaya Mandailing bagaimana kita mampu mendelivery adat budaya Mandailing yang merupakan Adat sesungguhnya yaitu nilai-nilai etika warisan bijak para pendahulu di bumi Gordang Sambilan, dan diharapkan dengan pewarisan ini kita mampu memberi bekal kepada generasi Z Mandailing mampu memfilter budaya asing yang tidak sereligius dan sehumanis Adat etika Mandailing.
Semoga Pemkab Madina saat ini dapat bekerjasama dalam hal ini.
Terima Kasih
Penulis adalah: Putra Pidoli Dolok Panyabungan- Madina (Domisili Medan)